Beranda | Artikel
Kelembutan dan Panggilan Kasih Sayang Kepada Anak
Rabu, 14 Juni 2023

Bersama Pemateri :
Ustadz Abdullah Zaen

Kelembutan dan Panggilan Kasih Sayang Kepada Anak ini merupakan bagian dari kajian Islam ilmiah Fiqih Pendidikan Anak yang disampaikan oleh Ustadz Abdullah Zaen, M.A. Hafidzahullah. Kajian ini disampaikan pada Senin, 16 Dzulqa’dah 1444 H / 05 Juni 2023 M.

Kajian Tentang Kelembutan dan Panggilan Kasih Sayang Kepada Anak

Belakangan ini, kita banyak menyaksikan tindakan kekerasan dan sikap kasar yang mengkhawatirkan. Yang lebih menyedihkan, pelakunya seringkali adalah anak-anak di bawah umur. Dulu, kekerasan dan kejahatan dilakukan oleh penjahat atau pembunuh berdarah dingin, namun sekarang anak-anaklah yang melakukannya.

Ada apa dengan kondisi anak-anak kita hari ini? Dimana yg menjadi korban adalah teman mereka sendiri. Mereka bukan hanya melakukan perundungan/bullying (kekerasan psikis) seperti menghina, merendahkan, dan mengolok-olok teman mereka sendiri. Tetapi mereka juga melakukan kekerasan yg sifatnya fisik seperti memukul dan menendang yang membuat korban tidak berdaya. Bahkan, mereka merekam peristiwa kejahatan tersebut sambil tertawa.

Apakah hati anak-anak kita sudah begitu keras sehingga tidak merasa iba melihat darah tercecer dan mendengar rintihan kesakitan? Ini adalah masalah serius yang harus menjadi perhatian serius pula bagi para orang tua dan pendidik, guru, ustadz, dan ustadzah.

Bagaimana cara kita menjadikan ini sebagai masalah serius? Yaitu kita perlu mencari akar masalahnya, dari mana sumbernya. Jadi bukan hanya sekedar mengeluh dan marah-marah di media sosial, tetapi berusaha mencari sumber permasalahannya.

Setelah menemukannya, kita perlu mencari solusinya. Marah-marah di media sosial atau ikut-ikutan mencaci maki tidak akan menyelesaikan masalah ini.

Identifikasi masalah

Jangan-jangan salah satu sumber masalahnya adalah kebebasan yang diberikan orang tua kepada anak-anak mereka dalam menggunakan HP, dimana mereka bisa menonton konten yang menyuguhkan kekerasan, baik dalam film maupun game.

Jadi, setelah berhasil mengidentifikasi sumber masalahnya, kita perlu mencari solusi dan tindakan yang dapat diambil. Apakah karena terlalu banyak main game yang mengandung adegan tembak-menembak dengan skor tertinggi jika berhasil membunuh lawan?

Setiap hari, anak-anak kita dilatih untuk membunuh tanpa rasa penyesalan, bahkan merasa senang dengan itu. Bisa jadi ini adalah sumber masalahnya.

Pertanyaannya adalah, apakah tujuan pembuat game ini hanya mencari uang saja? Tidak hanya itu, sangat mungkin salah satu tujuan mereka adalah merusak generasi kita.

Modal Mendidik Anak

Perlu dipahami bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memberikan kita modal yang membantu dalam mendidik anak-anak kita agar menjadi baik.

Ketika kita berusaha mendidik anak-anak, kita tidak tanpa modal. Allah Subhanahu wa Ta’ala memberi kita modal, tips, trik, dan cara yang diperlukan. Modal itulah yang dikenal sebagai fitrah. Dalam hadits, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ

“Setiap bayi terlahir itu pasti sudah ditanamkan fitrah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Salah satu fitrah bawaan bayi itu adalah menyukai kelembutan dan membenci kekasaran. Artinya, setiap bayi senang saat diperlakukan dengan lembut dan tidak senang saat diperlakukan kasar. Jika Anda tidak percaya, coba perhatikan respons bayi saat Anda tersenyum padanya atau melotot dengan ekspresi serius. Jika bayi disenyumi maka dia ikut senyum. berarti dia senang. Sedangkan ketika dipelototi, dia akan menangis. Padahal, saat sedang hamil, apakah Anda mengajari bayi dalam kandungan Anda untuk merespon dengan wajah cemberut atau menangis? Tentu tidak. Fitrah ini sudah tertanam dalam diri anak kita oleh Allah. Jadi, kita patut bersyukur karena Allah telah memberikan modal ini kepada kita.

Manusia terlahir ke muka bumi ini dengan membawa fitrah karakter kelembutan bukan kekasaran. Buktinya bayi yang dilembuti oleh orang tuanya akan merasa nyaman. Sebaliknya bila dikasari, walau hanya dengan raut dan mimik muka tidak ramah, si anak akan menangis keras.

Jagalah Fitrah Kelembutan!

Modal fitrah kelembutan yang telah ditanamkan Allah dalam jiwa anak, seharusnya dijaga dan dikembangkan. Bukan malah dirusak, apalagi dihancurkan. Terlebih jika yang merusaknya adalah orang-orang terdekat anak.

Salah satu upaya nyata menjaga fitrah tersebut, adalah dengan kontinuitas sikap lembut orang tua kepada anaknya. Yang salah satu wujudnya adalah membiasakan panggilan kasih sayang terhadap anak. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah suri teladan utama dalam hal ini.

Umar bin Abi Salamah Radhiyallahu ‘Anhu menuturkan,

“كُنْتُ غُلاَمًا فِي حَجْرِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَكَانَتْ يَدِي تَطِيشُ فِي الصَّحْفَةِ، فَقَالَ لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «يَا غُلاَمُ، سَمِّ اللَّهَ، وَكُلْ بِيَمِينِكَ، وَكُلْ مِمَّا يَلِيكَ» فَمَا زَالَتْ تِلْكَ طِعْمَتِي بَعْدُ”

Dahulu saat kecil, aku dirawat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Ketika makan bersama, tanganku bergerak kesana kemari di nampan. Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pun bersabda, “Nak, bacalah basmalah, makanlah dengan tangan kananmu, dan ambillah makanan yang terdekat denganmu”. Umar berkata, “Semenjak mendapatkan nasihat tersebut, aku selalu menerapkan adab-adab tersebut setiap kali makan”. (HR. Bukhari dan Muslim)

Ternyata kelembutan diajarkan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bukan hanya dalam kondisi normal. Bahkan saat anak melakukan kesalahan pun beliau bersikap lembut dalam menasehatinya.

Di antara poin yang bisa disimpulkan dari hadits di atas adalah:

  • Nasehat diawali dengan panggilan kasih sayang. Di sini Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menggunakan panggilan “يَا غُلاَمُ” yang aslinya bermakna “Wahai anak muda”. Sama sekali tidak ada nada marah atau menghakimi.
  • Nasehat disampaikan dengan bahasa yang simpel dan mudah dipahami. Sehingga anak dengan mudah memahami nasihat-nasihat yang disampaikan kepadanya. Perlu diketahui bahwa terkadang kekeliruan yang dilakukan anak itu, terjadi karena ia tidak memahami bahwa itu adalah kekeliruan. Sehingga tugas orang tua adalah memahamkan anak, mana perbuatan yang boleh dan mana yang tidak boleh. Mana yang baik dan mana yang buruk.
  • Nasehat tidak harus langsung menyinggung kesalahan yang dilakukan anak. Justru bisa diawali dengan poin-poin yang tidak berkaitan langsung dengan kekeliruannya. Dari tiga nasihat yang disampaikan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, ternyata teguran yang berhubungan langsung dengan kesalahan anak tersebut berada di urutan ketiga.

Dengan metode apik ini, nasehat akan sangat membekas di hati si anak insyaAllah. Sehingga selalu dipraktekkannya sepanjang hayat.

Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari download mp3 kajian yang penuh manfaat ini.

Download mp3 Kajian


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/52977-kelembutan-dan-panggilan-kasih-sayang-kepada-anak/